Sofifi dan Harapan Kota Baru Refleksi Awal dari Lapangan

- Penulis Berita

Minggu, 6 Juli 2025 - 05:49 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

­Oleh: Hani Hi. Arifin – Mahasiswa Semester Enam Perencanaan Tata Wilayah dan Kota Unutara. 

KOTA baru adalah gagasan besar dalam perencanaan pembangunan wilayah. Ia lahir dari kebutuhan untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru yang mampu mengurai beban kota lama, mengurangi ketimpangan wilayah, dan menjawab tantangan masa depan. Di atas kertas, sebuah kota baru seharusnya dibangun dengan dasar perencanaan yang matang, sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), yang menjadi acuan bagi kejelasan struktur ruang, fungsi kawasan, hingga penyediaan infrastruktur dasar dan fasilitas pelayanan publik.

Dalam proses pembelajaran kami sebagai mahasiswa semester enam di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara, kami didorong untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengujinya di lapangan. Maka, kami melakukan kegiatan studi lapangan ke Kota Sofifi, yang telah ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Maluku Utara dan sering disebut sebagai kota baru. Kunjungan ini dimaksudkan untuk mencocokkan apa yang kami pelajari dalam ruang kelas dengan kondisi faktual di lapangan. Apakah Sofifi benar-benar telah berkembang menjadi kota baru sebagaimana idealnya? Apakah semua komponen yang dipersyaratkan dalam dokumen perencanaan sudah diwujudkan dalam bentuk fisik dan sosial?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kenyataan yang kami temukan di Sofifi menghadirkan refleksi yang cukup dalam. Memang benar bahwa beberapa elemen kota baru sudah terlihat, terutama infrastruktur dasar seperti jalan utama dan keberadaan kantor-kantor pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa secara administratif, Sofifi telah diposisikan sebagai pusat pemerintahan provinsi. Namun, pembangunan fisik ini belum sepenuhnya mencerminkan kelengkapan fungsi kota sebagaimana mestinya. Kami masih menemukan keterbatasan dalam penyediaan fasilitas pelayanan publik seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana transportasi umum. Selain itu, ruang terbuka hijau yang menjadi penyangga kualitas hidup warga kota juga belum terlihat dominan dalam tata ruang yang ada.

Dalam pengamatan kami, Sofifi tampak masih berjalan sebagai kota yang dibangun dari atas sebuah kota yang lebih dulu dideklarasikan statusnya, namun belum sepenuhnya tumbuh dari proses fungsional yang matang. Kota ini masih sangat didominasi oleh fungsi administratif, sementara kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat belum terbentuk secara dinamis. Belum tampak adanya pusat-pusat kegiatan masyarakat yang hidup dan mencerminkan interaksi warga dalam skala kota. Kota terasa sepi dan terfragmentasi, seolah hanya aktif pada jam-jam kerja ketika ASN memasuki kantor-kantor pemerintahan.

Realitas ini menimbulkan pertanyaan kritis bagi kami sebagai calon perencana, apakah mungkin sebuah kota baru dibangun hanya dengan pendekatan administratif tanpa memastikan kesiapan fungsi dan struktur sosial-ekonomi yang mendukungnya? Di sinilah letak tantangan nyata dari pembangunan kota baru seperti Sofifi. Kota ini masih mencari bentuknya, masih membutuhkan waktu, dan lebih dari itu masih membutuhkan perhatian serius dari para pemangku kepentingan agar tidak berhenti sebagai proyek ambisius yang kehilangan orientasi.

Kami menyadari bahwa membangun kota tidak bisa hanya mengandalkan rencana. Dibutuhkan sinergi antara dokumen, pelaksanaan teknis, pengawasan kebijakan, serta partisipasi masyarakat. Sebuah kota tidak lahir hanya karena status, tetapi karena hadirnya fungsi dan keberlangsungan hidup yang nyata bagi masyarakatnya. Sofifi harus diarahkan bukan sekadar menjadi kota pemerintahan, tetapi menjadi kota yang utuh, kota yang hidup, terhubung, inklusif, dan manusiawi.

Refleksi awal ini kami harap menjadi pijakan bagi diskusi lebih lanjut, baik di ruang kuliah maupun di ruang kebijakan. Kami percaya bahwa Sofifi masih punya harapan, asalkan dibangun dengan landasan perencanaan yang menyeluruh dan tidak terputus dari kebutuhan riil di lapangan. Kota baru tidak boleh hanya dibayangkan sebagai proyek bangunan, tetapi harus dilihat sebagai ruang hidup yang terus tumbuh bersama masyarakatnya. Maka, pembangunan Sofifi harus menjadi pelajaran penting dalam memahami bagaimana teori perencanaan diuji di medan nyata dan bagaimana kami sebagai perencana muda dapat memposisikan diri untuk ikut serta dalam membentuk masa depan yang lebih baik. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Bahu Jalan Jadi Trotoar, Pemkot Kemana?
Diskriminasi Perempuan dalam Kekerasan Seksual di Maluku Utara
Taliabu: Antara Kekuasaan yang Lalai dan Rakyat yang Dilupakan
Politik Aspal :Tebar Janji, Jalan Mati
Polisi Harus Polisi, Jangan Benci
Tata Ruang Kabupaten Halmahera Barat; Potensi dan Tantangan, Menuju Pembangunan Berkelanjutan.
Fagogoru : Warisan yang Terkubur dalam Gemuruh Pembangunan
Tanah Yang Dirampas, Kriminalisasi Rakyat
Berita ini 60 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 08:06 WIT

Kapolres Tegas: Pendamping BPNT Sudah Diperiksa, Kasus Masuk Pra-Lidik

Sabtu, 5 Juli 2025 - 05:28 WIT

Praktisi Hukum Desak Felista Kokiroba Kembalikan Kartu ATM Penerima BPNT: “Itu Pelanggaran, Bisa Dipidana”

Jumat, 4 Juli 2025 - 07:41 WIT

Kasus Sodomi Siswa di Obi Belum Tuntas, Warga Tuntut Kapolres Segera Menangkap Pelaku

Kamis, 3 Juli 2025 - 10:43 WIT

Obat Kosong, RSU Obi Bikin Pasien Tak Tertolong

Kamis, 3 Juli 2025 - 07:51 WIT

Obat Kosong, RSU Obi Bikin Pasien Tak Tertolong

Rabu, 2 Juli 2025 - 15:37 WIT

Warga Obi Kecewa, Area “Dolar” Tapi Jaringan Internet Tertinggal

Rabu, 2 Juli 2025 - 14:22 WIT

Mahasiswa Desak Audit Dana Desa Pas Ipa: Inspektorat Jangan “Stecu”

Rabu, 2 Juli 2025 - 13:42 WIT

Penyaluran BLT Dana Desa Bulan Januari – Maret 2025 di Desa Gorua Utara

Berita Terbaru

Opini

Sofifi dan Harapan Kota Baru Refleksi Awal dari Lapangan

Minggu, 6 Jul 2025 - 05:49 WIT

Opini

Bahu Jalan Jadi Trotoar, Pemkot Kemana?

Sabtu, 5 Jul 2025 - 04:41 WIT