Obi, Nalarsatu.com – Keluhan soal pelayanan kesehatan kembali mencuat dari warga Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. Kali ini, persoalan serius datang dari ketiadaan stok obat-obatan di Rumah Sakit Umum (RSU) Obi. Sejumlah pasien mengaku selalu diminta membeli obat di luar rumah sakit karena tidak tersedia di instalasi farmasi.
Seorang pasien, inisial IT, menyampaikan kekesalannya setelah menjalani pemeriksaan medis di RSU Obi. Bukannya menerima pengobatan langsung, ia malah dibekali resep dan diarahkan untuk membeli obat di apotek luar.
“Setiap kali periksa, dokter langsung kasih resep dan bilang beli di luar. Kalau kami tidak punya uang, ya tidak bisa berobat,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, ironisnya, usaha IT mencari obat di apotek pun menemui jalan buntu. Obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek manapun di sekitar Kecamatan Obi.
“Saya sudah keliling apotek tapi obatnya kosong semua. Terpaksa saya pulang ke rumah dan minum ramuan obat kampung yang saya punya. Ini bukan solusi, tapi mau bagaimana lagi?” keluh IT dengan nada putus asa.
IT menegaskan bahwa kondisi ini sudah berlangsung cukup lama dan dirasakan oleh banyak pasien lain.
“Rumah sakit seharusnya jadi tempat menyembuhkan, bukan tempat mempersulit. Ini rumah sakit pemerintah, tapi kami malah disuruh cari obat sendiri. Untuk apa ada RS kalau semua harus beli di luar? Dan kalau obat pun tidak ada di luar, kami jadi tak tertolong,” ucapnya dengan nada kesal.
Kritik juga datang dari tokoh masyarakat Desa Baru, Napsu Kamhois saat di Wawancara oleh media, kesal terhadap pihak manajemen RSU Obi.
“Kalau masalahnya anggaran, harusnya dijelaskan terbuka. Tapi kalau ini soal kelalaian dan buruknya pengelolaan, maka ini harus dievaluasi serius. Jangan sampai rakyat kecil jadi korban karena sistem yang bobrok,” kata Nipsu pada kamis (3/7).
Dalam konfirmasi kepada wartawan, direktur RSU Obi dr. Diky Hardiansyah menyebut bahwa pihak rumah sakit memang kerap menyarankan pasien membeli obat di luar karena stok tidak tersedia.
“Ini memang keluhan yang sudah lama. Jika obat tidak ada di RS, maka kami anjurkan beli di luar. Kami hanya bisa mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan melalui IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten),” ujar Diky, Kamis (3/7).
Diky menegaskan bahwa rumah sakit tidak memiliki kewenangan dalam proses pengadaan langsung obat-obatan. Menurutnya, pengelolaan anggaran dan pembelanjaan sepenuhnya ditangani oleh Dinas Kesehatan dan IFK.
“Soal anggarannya kami tidak tahu. Kami hanya mengajukan daftar nama obat, itu saja,” katanya.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar soal kinerja manajemen RSU Obi dan Dinas Kesehatan setempat. Tidak tersedianya obat pokok di fasilitas kesehatan milik pemerintah menunjukkan adanya kelalaian sistemik, yang berdampak langsung pada keselamatan dan hak masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, tambah sukri.