Ternate, Nalarsatu.com – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Front Mahasiswa ISDIK menggelar demonstrasi di depan kampus ISDIK Kie Raha, Maluku Utara, pada Senin, 2 Juni 2025.
Aksi ini dilakukan untuk mendesak Rektor ISDIK agar segera menindaklanjuti sejumlah kasus kekerasan dan pemerasan terhadap mahasiswa yang diduga terjadi di lingkungan internal kampus.
Aksi tersebut sempat direspons langsung oleh Dekan FIP Dr. Erwin, M.Pd., dan Wakil Rektor III Dr. Hamid Ismail, M.Pd. Namun mahasiswa tetap menuntut dialog terbuka bersama Rektor dan jajaran pimpinan kampus lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Koordinator lapangan, Abd. Hafis Embisa, dalam keterangannya kepada media menyampaikan bahwa aksi ini bertujuan untuk menekan pimpinan kampus agar segera mengambil langkah konkret terkait berbagai kasus kekerasan dan pemerasan yang dilakukan oleh Dosen ISDIK Kie Raha.
“Aksi ini sebagai bentuk dorongan moral kepada pimpinan kampus, khususnya Rektor, untuk tidak menutup mata terhadap praktik kekerasan dan pemerasan yang dialami mahasiswa di lingkungan kampus sendiri,” tegas Hafis.
Aksi yang dimulai sejak pukul 08.00 WIT itu berjalan hingga siang menjelang sore hari. Mahasiswa menuntut agar digelar hearing terbuka antara massa aksi dengan pihak kampus, terutama rektor dan wakil rektor.
Namun, alih-alih menggelar hearing terbuka, pihak kampus justru mengajukan opsi dialog tertutup dengan hanya lima orang perwakilan mahasiswa. Permintaan ini ditolak oleh massa aksi yang menilai hal tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan bersama massa aksi.
“Kami diminta menghadirkan langsung korban pemerasan, Mirawati Tidore yang merupakan mahasiswi ISDIK serta dosen yang diduga sebagai pelaku, yakni Najamudin Marsaoly, M.Pd. Tapi mereka tetap bersikeras ingin hearing dilakukan secara tertutup. Ini sangat kami sayangkan,” ungkap Hafis.
Karena tuntutan untuk dialog terbuka tidak dipenuhi, aksi terus berlanjut hingga siang hari. Namun menurut mahasiswa, seluruh pimpinan kampus termasuk para wakil rektor dan dekan memilih meninggalkan lokasi dan enggan menemui massa aksi.
“Pejabat kampus malah melarikan diri. Ini memperlihatkan ketakutan mereka terhadap kebenaran yang sedang kami perjuangkan,” tambah Hafis.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak kampus belum memberikan keterangan resmi terkait tuntutan mahasiswa. (Red/BSM)