Labuha, Nalarsatu.com – Dalam sengketa tanah yang berlarut-larut sejak 2008, Syafrudin Arif memberikan komentar tegas menanggapi putusan Pengadilan Negeri Labuha yang menolak gugatan para penggugat dan menyatakan tanah sengketa adalah miliknya, yang kemudian telah dijual kepada para tergugat.
Menurut Syafrudin, penolakan tuntutan provisi dan pengabulan eksepsi para tergugat oleh pengadilan memperjelas bahwa gugatan penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). “Kami berharap penggugat tidak lagi memperkeruh keadaan, khususnya saudara Abdurahman Hamzah. Sejak 2010, saat kami menang melawan gugatan mereka yang diajukan sejak 2008, sudah seharusnya persoalan ini berakhir. Meski itu hak mereka mengajukan gugatan, terus memperpanjang sengketa hanya akan membawa malu,” ujar Syafrudin dengan nada tegas.
Lebih lanjut, Safrudin menegaskan, “Walaupun penggugat memiliki sertifikat tetapi lokasinya di tempat lain, mereka tidak memiliki hak atas alas tanah tersebut. Intinya, jika menyangkut hak kami, apapun usaha yang dilakukan penggugat, hasilnya tetap kalah. Pada 2008 saya menggugat Pemda dan mereka, dan pada 2010 kami menang.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan putusan ini, Safrudin menekankan bahwa kepemilikan tanah di Desa Labuha, kompleks Pasar Baru, jelas adalah miliknya yang telah dialihkan kepada para tergugat.
“Dalil penggugat yang menyatakan tanah itu milik mereka adalah tidak benar. Yang benar adalah tanah itu milik saya, yang sudah dijual kepada para tergugat,” pungkasnya.
Saat di konfirmasi pihak yang beli tanah pak Amirudin kepada Syafrudin menyampaikan bahwa kami beli tanah di pasar baru pa pihak karena jelas ada suratnya kalau tidak ada kami tida berani beli.