Pendidikan Perempuan: Pilar Peradaban yang Kerap Diabaikan

- Penulis Berita

Sabtu, 17 Mei 2025 - 10:42 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Tendri Rudin Mahasiswa Fakultas Hukum Ummu

DI tengah gempuran modernisasi dan kemajuan teknologi, kita kerap melupakan satu hal mendasar yang menentukan kualitas suatu bangsa: bagaimana negara itu memperlakukan perempuan dalam hal pendidikan. Dalam masyarakat yang masih menyimpan sisa-sisa patriarki, pendidikan perempuan seringkali menjadi isu pinggiran-diperjuangkan, tetapi tidak diprioritaskan. Padahal, sejarah dan sains sama-sama menunjukkan bahwa perempuan yang terdidik adalah titik awal dari lahirnya peradaban yang adil, sehat, dan berkelanjutan.

Ketimpangan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan bukan sekadar angka statistik. Ia adalah refleksi dari cara kita memaknai peran perempuan dalam masyarakat. Ketika seorang anak perempuan dibiarkan putus sekolah karena alasan ekonomi, budaya, atau relasi kuasa, maka sesungguhnya kita sedang memutus rantai pengetahuan yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Seorang perempuan bukan hanya individu, tetapi juga calon ibu, pendidik informal pertama, dan agen transformasi sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih dari itu, pendidikan perempuan adalah bentuk resistensi terhadap sistem yang membatasi pilihan hidupnya. Perempuan yang berpendidikan memiliki daya tawar, keberanian untuk menyuarakan pendapat, dan kemampuan untuk menantang struktur yang menindas. Inilah sebabnya mengapa pendidikan perempuan kerap dianggap “mengganggu” tatanan status quo-karena ia melahirkan perempuan-perempuan berpikir kritis yang tidak mudah dibungkam. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Organisasi : Laboratorium Ilmu Pengetahuan untuk Mahasiswa
“Balas Pantun” DOB Sofifi
Ngute – ngute Bukan Desa Dongeng
Gebe Dikeruk, Ulayat Dirusak, Antara Luka Tanah Waris
Era Penjajahan Korupsi: Ketika Bangsa Dijajah oleh Anaknya Sendiri
Matinya “Meritokrasi”
Kacamata Gelap, Politik, Balas Budi, Atas Rumah Layak Huni di Halteng
Romantisme Yang Tewas di Balik Meja Rapat
Berita ini 104 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Agustus 2025 - 09:12 WIT

Ketua Panitia Pelantikan APDESI Halsel: Momentum Membangun Desa dari Desa

Rabu, 13 Agustus 2025 - 07:32 WIT

Kantor Hukum Bambang Joisangadji & Patners Resmi Lapor Risal Sangaji Pemerasan terhadap Kades Toin

Rabu, 13 Agustus 2025 - 06:34 WIT

Kades Toin: Saya Diancam Berulang Kali, Jangan Jadikan Saya ATM Ini Uang Rakyat, Kalau Uang Pribadi Saya Pasti Penuhi

Rabu, 13 Agustus 2025 - 05:28 WIT

Mengulang Sejarah Boki Fatimah, Jurnalis Perempuan Halsel Didorong Pimpin KNPI

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:17 WIT

Dana Rp182 Juta Cair, Paving Lapangan Kai Puf Busua Belum Dimulai — IPMB: “Ini Tanda Bahaya”

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:03 WIT

Koalisi Pemerhati Hukum Nusantara Gelar Aksi Jilid II di Depan Gedung KPK RI

Senin, 11 Agustus 2025 - 15:33 WIT

Dituding Main Proyek, Wakil Ketua Komisi I DPRD Halsel Tempuh Jalur Hukum

Senin, 11 Agustus 2025 - 12:19 WIT

Tokoh Masyarakat Desa Toin Bantah Pemberitaan Negatif, Sebut Kades Fahmi Taher Pemimpin Terbaik

Berita Terbaru