Bambang Joisangadji S.H: Dugaan Korupsi BPNT di Obi dan Obi Selatan Terstruktur, APH Jangan Tutup Mata!

- Penulis Berita

Minggu, 15 Juni 2025 - 15:14 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dok. Istimewa

Dok. Istimewa

Halsel,Nalarsatu.com – Praktisi hukum Maluku Utara, Bambang Joisangadji S.H, angkat bicara terkait mencuatnya dugaan korupsi dalam penyaluran Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di Kecamatan Obi dan Obi Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. Menurutnya, apa yang terjadi bukan sekadar kelalaian administratif, tapi sudah mengarah pada korupsi terstruktur dan sistematis yang menyasar langsung hak-hak warga miskin.

“Ini bukan soal keterlambatan. Ini sudah pola korupsi model baru, di mana data resmi dari Kementerian Sosial dijadikan alat tipu-tipu. Warga tidak menerima haknya, tetapi secara administratif dana dianggap sudah ‘disalurkan’. Ini pembohongan publik dan penggelapan uang negara,” ujar Bambang saat diwawancarai, Sabtu (15/6).

Ia menilai, peran sejumlah pihak seperti pendamping sosial dan oknum di tubuh PT Pos Indonesia patut diusut. Fakta bahwa penerima terdaftar tetapi tidak mendapatkan dana, serta tidak adanya berita acara yang sah dan dokumentasi pencairan, merupakan indikasi kuat adanya rekayasa sistemik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Modusnya klasik: KPM ada, bantuannya ‘dicairkan’, tapi tidak sampai ke tangan rakyat. Lalu, dijustifikasi dengan istilah ‘gagal bayar’ dan dikembalikan ke kas negara. Kalau memang dikembalikan, mana buktinya? Mana dokumentasi bahwa warga diberi kesempatan layak untuk mengambil haknya?” tegasnya.

Bambang juga menyesalkan komentar melecehkan dari staf PT Pos Laiwui terhadap warga penerima bantuan. Menurutnya, hal itu mencerminkan minimnya empati dan penghinaan terhadap rakyat kecil.

“Komentar seperti itu bisa masuk kategori penghinaan dan pelanggaran etika pelayanan publik. Warga miskin bukan objek main-main, mereka adalah pemilik sah dari hak konstitusional untuk dibantu negara,” ucapnya dengan nada tinggi.

Lebih lanjut, Bambang menekankan bahwa kasus seperti ini tidak boleh berhenti pada permintaan maaf atau rotasi jabatan, tetapi harus diproses dengan sanksi hukum yang tegas, sesuai dengan ketentuan dalam UU Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001).

“Kalau terbukti ada penyalahgunaan dana bantuan sosial, pelakunya bisa dijerat Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor, dengan ancaman hukuman minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun penjara, ditambah denda hingga Rp 1 miliar. Ini bukan pelanggaran biasa, ini perampokan uang negara dan pengkhianatan terhadap rakyat,” jelasnya.

Bambang menambahkan bahwa keterlibatan lebih dari satu pihak, mulai dari pendamping hingga oknum penyedia jasa penyalur, berpotensi menjadi perkara korupsi berjamaah yang harus ditangani secara serius oleh penyidik tindak pidana korupsi.

“Ini korupsi sistemik, bukan individu. Harus ada pertanggungjawaban kolektif, tidak bisa hanya berhenti di staf lapangan. Penanggung jawab program dan pihak-pihak yang seharusnya melakukan pengawasan juga mesti dimintai pertanggungjawaban,” tegas Bambang.

Bambang menyerukan agar APH (Aparat Penegak Hukum) segera mengambil langkah konkret:

1. Memanggil seluruh pihak terkait, dari pendamping BPNT, pihak PT Pos, hingga pejabat dinsos di tingkat kabupaten.

2. Mengusut aliran dana, apakah benar dikembalikan ke kas negara atau disalahgunakan.

3. Melibatkan Inspektorat dan BPKP untuk audit khusus dana BPNT di Obi dan Obi Selatan sejak 2023.

4. Memberikan perlindungan hukum bagi warga pelapor, agar mereka tidak mendapat intimidasi.

“Jika APH tidak segera bertindak, maka ini adalah pembiaran terhadap perampasan hak rakyat. Jangan sampai hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas,” pungkas Bambang.

Ia juga mendorong agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ikut memantau kasus ini karena menyangkut uang negara dan program nasional dari Kementerian Sosial.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Budiman Sudjatmiko Saksikan Pelantikan DPC APDESI Halsel Secara Virtual, Dorong Optimalisasi PP Taskin untuk Berantas Kemiskinan
Kalapas Halsel Mukadam Warang: Dari Papua hingga Maluku Utara, Dedikasi Panjang di Dunia Pemasyarakatan
Ketua Panitia Pelantikan APDESI Halsel: Momentum Membangun Desa dari Desa
Kantor Hukum Bambang Joisangadji & Patners Resmi Lapor Risal Sangaji Pemerasan terhadap Kades Toin
Kades Toin: Saya Diancam Berulang Kali, Jangan Jadikan Saya ATM Ini Uang Rakyat, Kalau Uang Pribadi Saya Pasti Penuhi
Mengulang Sejarah Boki Fatimah, Jurnalis Perempuan Halsel Didorong Pimpin KNPI
Kuasa Hukum Bambang Joisangadji: Oknum LSM Diduga Memeras dan Mengancam, Siap Dilaporkan ke Polisi
Dana Rp182 Juta Cair, Paving Lapangan Kai Puf Busua Belum Dimulai — IPMB: “Ini Tanda Bahaya”
Berita ini 178 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 14 Agustus 2025 - 09:52 WIT

Budiman Sudjatmiko Saksikan Pelantikan DPC APDESI Halsel Secara Virtual, Dorong Optimalisasi PP Taskin untuk Berantas Kemiskinan

Kamis, 14 Agustus 2025 - 02:48 WIT

Kalapas Halsel Mukadam Warang: Dari Papua hingga Maluku Utara, Dedikasi Panjang di Dunia Pemasyarakatan

Rabu, 13 Agustus 2025 - 09:12 WIT

Ketua Panitia Pelantikan APDESI Halsel: Momentum Membangun Desa dari Desa

Rabu, 13 Agustus 2025 - 07:32 WIT

Kantor Hukum Bambang Joisangadji & Patners Resmi Lapor Risal Sangaji Pemerasan terhadap Kades Toin

Rabu, 13 Agustus 2025 - 05:28 WIT

Mengulang Sejarah Boki Fatimah, Jurnalis Perempuan Halsel Didorong Pimpin KNPI

Selasa, 12 Agustus 2025 - 14:53 WIT

Kuasa Hukum Bambang Joisangadji: Oknum LSM Diduga Memeras dan Mengancam, Siap Dilaporkan ke Polisi

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:17 WIT

Dana Rp182 Juta Cair, Paving Lapangan Kai Puf Busua Belum Dimulai — IPMB: “Ini Tanda Bahaya”

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:03 WIT

Koalisi Pemerhati Hukum Nusantara Gelar Aksi Jilid II di Depan Gedung KPK RI

Berita Terbaru