Organisasi : Laboratorium Ilmu Pengetahuan untuk Mahasiswa

- Penulis Berita

Rabu, 13 Agustus 2025 - 16:17 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : M Sofyan Z Selang* – Kader HMI Cabang Ternate

“Organisasi adalah laboratorium ilmu pengetahuan bagi mahasiswa untuk menciptakan ide serta gagasan kritis, ketika kampus sudah tidak lagi mampu menciptakannya, untuk itu saya memilih HMI”

PERKENALKAN saya mahasiswa baru yang mempunyai semangat yang tinggi untuk mencari jati diri di era modernisme, era dimana kampus tidak lagi menjadi laboratorium untuk menciptikan ide-ide yang cemerlang serta gagasan-gagasan yang kritis bagi mahasiswa, namun sebaliknya kampus di jadikan tempat aduh oufit, tempat dimana joget-joget di depan kamera sudah di normalisasi dan menjadi kewajiban untuk mengikuti setiap trend yang selalu muncul di beranda tiktok, dan mahasiswa yang kritis di anggap sok pintar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Semester 1, minggu pertama kuliah sudah ada sepuluh senior yang mendekati saya dengan membawa misi untuk mencari anggota baru, setiap senior yang datang membawa misi dan latar belakang organisasi yang berbeda-beda ada yang mengatakan bahwa dia dari organisasi kiri yang terus bergerak dan membelah masyarakat yang tertindas, ada juga yang mengatakan dia dari organisasi yang berhaluan kanan yang konon katanya mempunyai nilai keagamaan dan perjuangan sama dengan organisasi kiri lainnya untuk membelah masyarakaat yang tertindas. Namun pada dasar semua organisasi mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama memperjuangkan kesejahteraan rakyat indonesia.

Dari beberapa organisasi yang di tawarkan, saya merasa tertarik dengan organisasi yang di presentasikan oleh salah satu senior sefakultas saya, ia mengatakan, organisasi yang di himpunnya mempunyai sejarah panjang tentang mempersatukan ummat islam di indonesia dan ikut serta melawan pemberontakan kolonial belanda yang kembali memberontak setelah dua tahun proklamasi di bacakan. Organisasi itu bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan oleh lafran pane pada 5 Februari 1947, yang mempunyai tujuan: 1. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan meningkatkan martabat Rakyat Indonesia. 2. Menegakkan serta mengembangkan ajaran agama Islam.

Untuk itu saya memutuskan bergabung dengan HMI yang saya yakini dapat menemukan dan mengembangkan jati diri saya. Ternyata teman kelompok saya waktu Pelatihan Pengembangan, Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) atau biasa di kenal dengan sebutan (Ospek) sudah mendapatkan doktrinan oleh senior yang sama, untuk itu kita berdua sepakat untuk bergabung dengan HMI yang ada di fakultas kita yakni HMI Komisariat Fisip Ummu, yang saat itu telah membagikan brosur prekrutan anggota baru. Sebelum bergabung seniorku mengatakan ada sarat-sarat yang harus kita ikuti untuk bisa menjadi anggota HMI, mulai dari pengisihan formulir, lalu mengikuti secrening tes jika sudah mendapatkan tanda tangan dan dinyatakan lulus oleh tim penguji lalu di lanjutkan ke forum basic training(bastra), latihan kepemimpinan 1 (LK1).

Sebagai mahasiswa baru yang awam terhadap organisasi saya sering menanyakan pada senior di kampus yang mempunyai latar belakang dari bendera hijau hitam (warna bendera HMI). Apa yang kita dapat setelah bergabung dengan HMI?. Senior saya tersenyum lalu mengatakan bahwa bergabung dengan HMI itu kita tidak diberikan gaji akan tetapi kita diberikan bekal ilmu pengetahuan sertah pengalaman yang tidak kita dapatkan dalam ruang-ruang kelas yang isinya hanya mendengar apa yang dosen sampaikan, akan tetapi HMI memberikan kita lingkungan yang berbeda agar kita dapat mencari jati diri dan mengembangkan pontensi-pontensi yang ada pada diri kita namun di balik itu semua yang paling penting di dalam HMI kita adalah keluarga yang tergabung dalam rumah hijau hitam.Ucapnya seraya meyakinkan saya untuk bergabung dengan HMI.

Akhirnya saya mengikuti apa yang telah di katakan senior saya untuk bergabung dan menjadi anggota HMI, di mulai dari mengisi formulir lalu dilanjukan dengan secrening test yang di lakukan pada gedung Indenpendensia, saya sendiri mengikutinya pada hari kedua yang di hadiri sekitar sepuluh orang peserta. Kemarin itu ada sekitar dua puluh orang lebih juga yang datang pada hari pertama, ucap salah satu pengurus yang saat itu menjadi penguji, lalu kita di lanjutkan dengan pertanyaan tentang materi ke indonesiaan, ke islam dan juga BTQ, penulis sendiri kesulitan mendapatkan tanda tangan dari penguji BTQ, di sebabkan tidak terlaluh pandai menulis bismillah tampa melihat teks dalam Al-quran, namun hal itu masi di berikan kesempatan untuk belajar bersama di HMI sebab bergabung dengan HMI kita cukup beragama islam saja, itulah yang di katakan lafran pane sebagai pendiri HMI.

Seminggu setelah bergabung dengan HMI, kita di lanjutkan dengan Makrab (Malam Keakraban), agenda makrab ini di lakukan di pante kastelah dengan tendah sederhana yang menemani malam panjang dengan sedikit materi yang dibawakan oleh senior lalu di lanjutkan dengan perkenalan antara senior dan anggota yang baru bergabung di sinilah saya merasa mendapatkan keluarga baru yang dapat mengubah pola pikir saya, yang awalnya hanya dapat mendengarkan apa yang di sampaikan oleh dosen atau senior, disini kita diajarkan berani memberikan pendapat dan berani bertanya ketika materi tidak masuk dalam benak kita. Inilah HMI rumah kita, tempat belajar kita, dan laboratorium ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang akan menciptakan ide-ide yang cemerlang sertah gagasan-gagasan yang kritis, ketikah kampus tidak dapat memberikan apa yang kita inginkan namun HMI dapat membarikan semuanya.

Selang beberapa hari dari kegiatan makrab kami mendapatkan notifikasi dari grup WhatsApp yang isinya adalah instruksi dari pengurus cabang agar seluruh anggota HMI yang ada di kota Ternate agar dapat pertasipasi dalam aksi kemanusian untuk melakukan penggalangan dana untuk saudara kita yang berada di palestina yang saat itu mengalami musibah paska di serang oleh bangsa israil yang sangat berambisi menguasai negara plastina. Di saat itulah saya di bentuk agar dapat merasakan deritah yang dirasakan orang lain dan di momen inilah saya pertama kali belajar orasi dan berbicara di hadapan publik walaupun masi terbata-bata dan juga masi di bantuh oleh senior. Pengalaman seperti ini saya dapatkan dalam organisasi ketika kampus tidak dapat memberikannya.

Di tempat ini juga saya belajar bayak hal salah satunya tentang administrasi, walaupun jurusan yang saya ambil adalah ilmu administrasi negara namun perihal surat-menyurat tidak ada dalam mata kulia kami, untuk itu saya memutuskan menjadi sekertaris panitia di saat HMI Komisariat Fisip melakukan besic training LK 1, yang ke empat kalinya, disinilah saya belajar tentang surat-menyurat yang tidak saya dapatkan di lingkungan kampus.

Hal inilah yang membuat organisasi menjadi laburatorium ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, seperti yang di katakan oleh David Harvey (1935), bahwa ruang kulia hanya memberikan mu 10% pengetahuan, 90% nya cari di luar yaitu, dari buku, diskusi, organisasi, atau terjun ke rakyat. Ucapan ini sangat relevan dengan dinamika kampus saat ini, ketika dalam ruang perkuliahan dosen hanya membaca materinya dan mahasiswa hanya berpura-pura mengerti apa yang di sampaikannya tampa ada ruang dialektika yang terjadi dan lebih parahnya lagi mahasiswa di paksa untuk mengerti kesibukan para dosen yang sering kali absen pada mata kulia yang dia ajarkan, dinamika sepertinya inilah yang membuat gagasan kritis mahasiswa di kafani dan di kubur dalam ruang kelas yang katanya penuh ilmu pengetahuan. Beda halnya dengan organisasi yang memberikan kita kesempatan untuk belajar bersama baik dari baca buku, diskusi hingga terjun langsung ke masyarakat. )*

Facebook Comments Box

Berita Terkait

“Balas Pantun” DOB Sofifi
Ngute – ngute Bukan Desa Dongeng
Gebe Dikeruk, Ulayat Dirusak, Antara Luka Tanah Waris
Era Penjajahan Korupsi: Ketika Bangsa Dijajah oleh Anaknya Sendiri
Matinya “Meritokrasi”
Kacamata Gelap, Politik, Balas Budi, Atas Rumah Layak Huni di Halteng
Romantisme Yang Tewas di Balik Meja Rapat
MANTAP: Inovasi Pelayanan Publik dari Pinggiran Negeri
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Agustus 2025 - 09:12 WIT

Ketua Panitia Pelantikan APDESI Halsel: Momentum Membangun Desa dari Desa

Rabu, 13 Agustus 2025 - 07:32 WIT

Kantor Hukum Bambang Joisangadji & Patners Resmi Lapor Risal Sangaji Pemerasan terhadap Kades Toin

Rabu, 13 Agustus 2025 - 06:34 WIT

Kades Toin: Saya Diancam Berulang Kali, Jangan Jadikan Saya ATM Ini Uang Rakyat, Kalau Uang Pribadi Saya Pasti Penuhi

Rabu, 13 Agustus 2025 - 05:28 WIT

Mengulang Sejarah Boki Fatimah, Jurnalis Perempuan Halsel Didorong Pimpin KNPI

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:17 WIT

Dana Rp182 Juta Cair, Paving Lapangan Kai Puf Busua Belum Dimulai — IPMB: “Ini Tanda Bahaya”

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:03 WIT

Koalisi Pemerhati Hukum Nusantara Gelar Aksi Jilid II di Depan Gedung KPK RI

Senin, 11 Agustus 2025 - 15:33 WIT

Dituding Main Proyek, Wakil Ketua Komisi I DPRD Halsel Tempuh Jalur Hukum

Senin, 11 Agustus 2025 - 12:19 WIT

Tokoh Masyarakat Desa Toin Bantah Pemberitaan Negatif, Sebut Kades Fahmi Taher Pemimpin Terbaik

Berita Terbaru