HALSEL, Nalarsatu.com – Musim ikan teri tiba, Desa Bajo di Kecamatan Kepulauan Botang Lomang, Halmahera Selatan, kembali hidup dengan aktivitas khasnya. Jalan-jalan desa berubah menjadi sentra produksi ikan teri kering atau Ngafi komoditi unggulan Maluku Utara yang kini kian dikenal di pasaran.
Setiap kali nelayan bagan membawa hasil tangkapan melimpah, warga berbondong-bondong membeli ikan teri segar untuk dijemur. Hampir semua kepala keluarga ikut serta, menjadikan momen ini sebagai peluang emas menambah penghasilan.
Harga ikan teri segar di tingkat nelayan berkisar Rp70–80 ribu per takar (wadah berbentuk segi empat). Setelah dijemur hingga kering, satu takar bisa menghasilkan 4–5 kilogram ikan. Di pasaran, Ngafi dijual Rp30–35 ribu per kilogram, sementara pengecer yang membeli langsung dari warga memperoleh harga Rp25–27 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Alhamdulillah, musim ini jadi berkah untuk semua keluarga. Dari hasil jemuran ikan, kami bisa dapat tambahan penghasilan,” ungkap Fariani, salah satu warga Desa Bajo.
Hal senada disampaikan Badarun, nelayan bagan. “Kalau musim ramai, sekali angkat bisa sampai puluhan takar. Kami jual ke warga untuk dijemur lagi, dan hasilnya lumayan,” tuturnya.
Dalam sepekan, produksi Ngafi di Desa Bajo dapat mencapai ratusan hingga ribuan kilogram. Angka ini menegaskan betapa pentingnya musim ikan teri bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat pesisir.
Namun, Ngafi bukan sekadar komoditi ekonomi. Bagi masyarakat Bajo, tradisi menjemur ikan di sepanjang jalan desa adalah warisan turun-temurun. Aktivitas ini mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan hasil laut sekaligus memperkuat ikatan sosial melalui kerja bersama.
Meski demikian, warga berharap pemerintah daerah lebih serius memberi perhatian pada pengembangan Ngafi. Mulai dari penyediaan fasilitas penjemuran yang layak, pelatihan pengemasan agar lebih menarik, hingga membuka akses pasar yang lebih luas. Dukungan tersebut diyakini akan meningkatkan nilai jual dan menjadikan Ngafi sebagai produk unggulan Maluku Utara.
Kini, dari jemuran sederhana di halaman rumah warga Bajo, Ngafi telah melangkah ke pasar-pasar kota. Ia bukan hanya simbol identitas masyarakat pesisir, tetapi juga sumber ekonomi yang membanggakan Halmahera Selatan.