Halsel, Nalarsatu.com – Aktivis perempuan dan mantan Ketua Bidang Kesarinian GMNI Cabang Manado 2019 Vania, menyoroti konsep Indonesia Emas yang menurutnya justru semakin menjauhkan rakyat dari kesejahteraan sejati. Ia menilai jargon pembangunan nasional itu hanya menjadi legitimasi untuk membuka ruang eksploitasi sumber daya alam, termasuk di Maluku Utara.
“Inikah yang dimaksud Indonesia Emas? Memangnya rakyat Indonesia makan emas? Atau orang Maluku, orang Timur biasa makan emas dan nikel? Para pahlawan dulu berjuang dengan darah, Bung Karno berkeliling Indonesia membangun persatuan melawan penjajah. Tapi sekarang, para pemangku kebijakan justru merancang penjajahan gaya baru atas nama Indonesia Emas,” tegas Vania.
Ia mencontohkan keberadaan PT TUB, perusahaan tambang di Halmahera Barat, yang menurutnya bukan solusi untuk penyediaan lapangan kerja. Justru, kata Vania, izin pertambangan akan merusak ruang hidup masyarakat lokal yang bergantung pada alam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Gubernur Maluku Utara harus benar-benar memahami arti dari Ibu dan Alam. Bumi adalah sosok yang memberi kehidupan, layaknya seorang ibu yang melindungi dan memelihara. Di Halbar, khususnya Loloda, masyarakat hidup dari hutan, laut, dan tanah. Itu sumber pangan dan penghidupan mereka. Mengizinkan eksploitasi berarti memutus hubungan mereka dengan alam,” ungkapnya.
Vania menambahkan, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi tambang bukan lagi sebatas isu, tetapi kenyataan yang bisa dilihat dari bencana alam yang datang silih berganti.
“Tidak ada kemajuan yang lahir dari izin tambang. Itu bukan solusi kesejahteraan masyarakat. Justru sistem kapitalisme yang ditopang oleh kuasa ilmu pengetahuan membuat Ibu Pertiwi bersedih. Kebijakan yang diambil bukan untuk rakyat, melainkan untuk kepentingan modal,” pungkasnya.