Oleh : Neneng Syahira Abdullah (Anggota Forum Insan Cendikia Sektor Unutara)
Di mata mereka, aku tak lebih dari noda,
Aib yang tersembunyi, luka yang tak terobati.
Namun, di pundakku, beban keluarga terasa,
Keringat dan air mata, tak pernah berhenti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Aku adalah mentari, yang terbit setiap pagi,
Menyinari gelap, memberi harapan baru.
Namun, sinarku redup, tak pernah berarti,
Di mata mereka, aku tetaplah abu.
Aku adalah sungai, yang mengalirkan kehidupan,
Menyuburkan ladang, memberi minum ternak.
Namun, airku keruh, tak ada yang sudi meminum,
Di mata mereka, aku hanyalah onggokan lumpur.
Aku terus berjuang, meski tak dihargai,
Mencari kasi sayang, meski tak pernah diberi.
Mungkin suatu saat nanti, mereka kan mengerti,
Bahwa aku adalah permata, yang tersembunyi.
Nino, 20 Oktober 2025







