Pandangan Sosiologi Terkait Praktik Politik di Halmahera Timur

- Penulis Berita

Selasa, 15 Juli 2025 - 19:35 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Sulfan Kiye* – Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Maba tengah (HIPMMAT) periode 2024-2025

 

BASIS sosiologi kita melihat adalah kekeluargaan berdasarkan marga dan kesatuan sejarah budaya. Setajam apapun perbedaan politik ,ia tidak akan pernah menghilangkan fakta itu maka cara-cara pengelolan kekuasaan menurut hemat saya haruslah melihat fakta sosiologi itu. Bagi saya,istilah musuh politik,atau rival kurang cocok bila kita mengacu ke fakta tersebut. Dalam konteks pemilu,saya lebih suka menyebut itu sebagai kompetisi saja. Satu

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

pertandingan,dimana lawan akan menjadi pihak penguji,dan permainan akan menjadi hiburan dan tontonan yang menghibur sekaligus memberi pelajara.dimankah didalam sejarah pertandigan itu ada istilah musuh? Landasan paling penting bagi kita untuk bergerak menuju tahapan lebih serius iyalah persatuan berbasis kesatuan social budaya dan kekeluargaan itu. Yang berarti bahwa semua kekuata local harus dihimpun dalam satu semangat memberantas kemiskinan dan kebodohan,saya bercaya bahwa dua musuh utama itu tak akan bisa dikalahkan bila persatuan local berbasis pengelolaan kekuasaan yang tidak meletakan lawan tanding sebagai musuh politik tidak di hilangkan.

Praktek tawanan perang yang mewujud dalam bentuk pindah-pindah pegawai pangkal bawah ke wilayah terpencil karena motif dendam politik dan sakit hati akan melemahkan usaha kita membangun persatuan kekuatan local dan hanya menciptakan benalu dalam diri sendiri,membuat kita tidak bisa melangkah setahap lebih maju pada lapangan tanding yang lebih besar dan luas. Halmahera Timur. Musuh politik adalah istilah yang berimplikasi pada pembunuhan karena yang berbeda dinggap musuh,pada kebijakan tawan menawan. Maka dari hasil pengamatan saya terkait praktik politik terjadi banyak konflik dari daerah, provinsi,dan pusat yang lebih menonjol iyalah konflik social itu terjadi karean beda pilihan,memang benar beda pilihan ada hal yang lumbar dalam diri manusia. yang menjadi kesalahan iyalah para tim sukses ketika menjual bakat calon mereka ke masyarakat bukan menjelaskan terkain apa itu politik itu sendiri, yang mereka jelaskan hanyalah manis mani dan janji semata.

Maka pernyatan itu menjadi virus dalam pikiran masyrakat sehingga, melahirkan konflik social dan kepentigan masyarakat local Yang paling gobloknya lagi para tim sukses yang mana tidak menjeleaskan tujuan dari politik itu sendiri mala mengaduh domba masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, sehingga terjadila politik dan konfik social maka yang perlu kita perbiki iyalah konstruk berfiki dari masyarakat itu sendiri. Maka yang perlu dilakuka oleh kelompok terpelajar adalah melakuka sosialisasi mengenai pandangan masyarakat terhadap politik seperti apa,?sehingga kita mampu memecahkan persoalan tersebut dengan teori dan tindakan yang massif, kata ayahtullah murtadha murhahhari ada dua jihad yakni jihad dari luar dan dari dalam kalau kita komparasikan dengan fikiran Ali syari,ati soal revolusi diri ke revolusi social maka yang pertama kita laluka iyalah jihad dari dalam atau revolusi diri agar perubahan itu tercapai 100%.

Perihal sebuah keinginana yang membunuh kesadaran akal dan hati membuat rakyat menjadi korban dari segalah kepentingan para kaum oligarki, ada mafia kampoeng yang mana menjadi tameng para kaum kapitalisme dengan dasar hukum mereka berfikr dan bergerak sesuka mereka. Politik tidak lagi di maknai sebagai instrument yang menghubungkan antaran suatau bangsa dengan bangsa lain, mereka lebih cenderung pada materil yang kemudia itu memicu banyaknya konflik yang sering kali saya sebut konflik social dan politik.

Maka untuk mencegah hal itu kita perluh melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan politik dan sosial agar mampu menciptkan sebuah pikiran yang terstruktur atau sistematis, agar setiap individu mampu memaknai apa tujuan dari politik itu sendiri. Masyarakat Halmahera Timur masih minim terkait politik itu sendiri mereka lebi banyak mengkonsumsi soal hoax yang marajelela di ruang public. Dan bahkan selepas pilkada masih ada isu yang mendominasi terkait kebencian.

Akhir-akhir ini,banjir informasi menjelang pilkada hingga hari pemngumutan suara sampai nanti pelantikan kepala daerah, bahkan mungkin seteleah itu,,kemungkinan penyebaran hoax dan informasi palsu yang tidak terkendali. Alih-alih untuk menjatuhkan lawan atau ditunjukan hanya untuk orang tertentu, ternyata dapat menjadi virus [vibration of us] sebagai pancaran untuk kita semua dan berpotensi memecah belah masyarakat dan konflik yang berkelanjutan. Hal ini perlu kita cegah, di mulai dengan memverikasi kebenaran terlebih dahulu informasi yang di peroleh, dan bila tidak benar,maka jangan komen, like dan share agar informasi hoax itu tidak dokonsumsi oleh public.

Banyak orang membicarakan kepentingan umat manusia, namun hanya menjadi sebuah ungkapan kosong, karena mereka tidak mengerti bahwa kenyataannya dimensi humanis manusia dijadikan objek penderita. Banyak orang mengklaim dirinya punya komitmen dalam usaha pembebasan, tetapi mereka masih menganut mitos yang menentang tindakan-tindakan humanis. Banyak dosen yang melakukan analisis bagaimana sampai terjadi penindasan social ini, namun mereka justru terus-menerus menahan mahasiswanya dengan cara-cara represif, tetapi mereka tidak mepercayai kaum tertindas yang pura-pura mereka bebaskan, seolah-olah ini bukan sebuah kontradisksi yang salah. Banyak orang mengiginkan pendidikan yang humanias, tetapi mereka masing ingin mempertahankan sturktur social dehumanis ini. Singkatnya, mereka takut kalau proses pembebasan itu terjadi. Dan dengna ketakutan itu, mereka menjalin persaudaran, yang sesungguhnya untuk mencabut kebebasan orang benyak.

Tawaran Saya Untuk Memberikan Kesadaran Terhadap Masyarakat

Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali” Aristoteles menyampaikan pesan yang begitu dalam, membawa kita pada kesadaran akan bahaya dari pendidikan yang tidak lengkap. Bayangkan seorang pelaut yang sangat ahli. Dia menguasai semuan teknik navigasi, tahu cara membaca bintang, dan memiliki pengetahuan luas tentang kapal serta lautan. Tetapi, jika hatinya tidak terdidik-tidak memiliki kebajikan, tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap penumpangnya dengan selamat menuju pelabuhan, Ia mungkin memiliki rute yang berbahaya, atau bahkan membiarkan mereka terombang-ambing di tengah badai hanya untuk menguji kemampuanya sendiri. Pengetahuan dan keterampilan yang dia mliki tidak aka nada artinya tanpa moralitas dan etika yang membimbing tindakan-tindakanya

Aristotele menekankan dampaknya jika hanya mendidik pikiran tanpa hati jauh lebih besar dari pada yang terlihat di permukaan. Individu yang pintar tapi tidak memiliki empati atau nilai-nilai kebaikan bisa saja menjadi pribadi yang dingin, egois, dan hanya memikirkan kesuksesan dirinya sendiri. Lihatlah orang-orang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, tetapi menggunakan kepandaian mereka untuk mengeksploitasi, menipu, atau bahkan menghancurkan orang lain mereka mungkin sukses secara materi, tetapi kosong secara moral.

Mereka bisa menciptakan sistem yang hanya menguntungkan segelintir orang, dan merugikan banyak pihak. Seperti seorang ahli pedang yang terlatih tetapi tanpa hati yang bijaksana, pedangnya justru bisa menjadi alat pembunuh yang brutal. Jika pendidikan hanya focus pada kecerdasan intelektual tanpa perhatian pada kebajikan, kita tidak hanya menghasilkan orang yang cerdas, tetapi juga individu yang berbahaya. Kecerdasan tanpa moralitas adalah kekuatan yang bisa disalah gunakan, dan itu seringkali menghancurkan lebih banyak hal dari pada yang dibangun.

Dunia telah melihat banyak contoh dimna para pemimpin yang sangat cerdas, tetapi tanpa hati yang baik, membawa kehancuran yang besar bagi umat manusia mendidik hati berarti menanamkan rasa empati, pengertian, dan kebajikan. Ini adalah akar dari setiap tindakan yang baik dan benar seseorang yang hatinya terdidik akan selalu
mempertimbangkan dampak dari tindakanya terhadap orang lain mereka akan menggunakan pengetahuanya untuk kebaikan, bukan hanya untuk kepentingan pribadi mereka memahami bahwa hidup tidak hanya tentang mendapatkan.

Tetapi juga tentang memberi. Inilah pendidikan sejati yang diinginkan oleh aristoteles : Pendidikan yang mengangkat manusia bukan hanya sebagai mahluk cerdas, tetapi juga sebagai mahluk yang meiliki hati dan nilai moral”
Pada akhirnya, tanpa pendidikan hati, dunia ini akan penuh dengan orang-orang pintar yang menghalalkan segala cara demi tujuan mereka dan ketika kecerdasan dipisahkan dari moralitas, yang tersisa hanyalah kekosongan yang mengisahkan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun bagi dunia. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

“Balas Pantun” DOB Sofifi
Ngute – ngute Bukan Desa Dongeng
Gebe Dikeruk, Ulayat Dirusak, Antara Luka Tanah Waris
Era Penjajahan Korupsi: Ketika Bangsa Dijajah oleh Anaknya Sendiri
Matinya “Meritokrasi”
Kacamata Gelap, Politik, Balas Budi, Atas Rumah Layak Huni di Halteng
Romantisme Yang Tewas di Balik Meja Rapat
MANTAP: Inovasi Pelayanan Publik dari Pinggiran Negeri
Berita ini 59 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 12 Agustus 2025 - 14:53 WIT

Kuasa Hukum Bambang Joisangadji: Oknum LSM Diduga Memeras dan Mengancam, Siap Dilaporkan ke Polisi

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:17 WIT

Dana Rp182 Juta Cair, Paving Lapangan Kai Puf Busua Belum Dimulai — IPMB: “Ini Tanda Bahaya”

Senin, 11 Agustus 2025 - 22:03 WIT

Koalisi Pemerhati Hukum Nusantara Gelar Aksi Jilid II di Depan Gedung KPK RI

Senin, 11 Agustus 2025 - 15:33 WIT

Dituding Main Proyek, Wakil Ketua Komisi I DPRD Halsel Tempuh Jalur Hukum

Senin, 11 Agustus 2025 - 12:19 WIT

Tokoh Masyarakat Desa Toin Bantah Pemberitaan Negatif, Sebut Kades Fahmi Taher Pemimpin Terbaik

Senin, 11 Agustus 2025 - 07:22 WIT

Mudafar Tolongara Resmi Dikembalikan ke Pemkab Pulau Morotai

Senin, 11 Agustus 2025 - 01:00 WIT

Abaikan Surat Penarikan, ASN Terancam Sanksi Berat Hingga Pemecatan

Minggu, 10 Agustus 2025 - 21:49 WIT

Kepala BP Taskin Budiman Sudjatmiko Dijadwalkan Hadiri Pelantikan Pengurus DPC APDESI Halsel

Berita Terbaru