Harita Group dan Hak Dasar Warga Kawasi yang Padam: Industri Menyala, Kampung Meredup

- Penulis Berita

Rabu, 19 November 2025 - 10:31 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Asmar Hi. DaudMahasiswa Doktoral Ilmu Kelautan (IK) Unsrat Manado

PULAU Obi hari ini adalah cermin paling terang dari konflik pembangunan di Maluku Utara. Di tengah gegap-gempita operasi raksasa industri nikel, warga Desa Kawasi justru hidup dalam lingkaran krisis: listrik mati-hidup, air bersih langka, dan layanan dasar yang tak pernah hadir secara layak. Ironisnya, ketika tungku smelter perusahaan menyala tanpa henti dan kapal kargo lalu-lalang mengantar bijih ke pasar global, kampung di ring-satu tambang justru tenggelam dalam gelap dan kekeringan.

Harita Group selama ini mengklaim menyediakan listrik dan air bagi masyarakat melalui program CSR. Namun fakta lapangan berbicara lain. Warga masih harus membeli air, listrik tidak stabil, dan instalasi yang diklaim dibangun perusahaan tidak menghadirkan manfaat nyata. Jika fasilitas itu memang ada, mengapa tidak bekerja? Jika akses itu tersedia, mengapa warga tidak merasakannya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kondisi yang tidak wajar ini memunculkan dugaan lain: krisis listrik dan air diduga berkaitan dengan rencana relokasi Desa Kawasi. Berbagai warga menyatakan, layanan dasar terus memburuk sementara tawaran pindah ke “pemukiman baru” semakin gencar. Jika dugaan ini benar, maka persoalan Kawasi bukan lagi sekadar kerusakan jaringan atau ketidaksiapan teknis, melainkan menyentuh ranah hak dasar warga dan potensi praktik pemiskinan struktural.

Dari perspektif sosial-ekologis, situasi di Obi memperlihatkan gambaran klasik ketimpangan tata kelola. Industri memperoleh kendali penuh atas ruang, energi, dan fasilitas, sedangkan masyarakat justru menanggung risiko terbesar—mulai dari pencemaran, kehilangan sumber hidup, hingga layanan dasar yang tidak pernah setara. Ini adalah bentuk pertukaran yang tidak adil (unequal exchange): keuntungan mengalir ke pusat industri dan modal, sementara beban sosial-ekologis menumpuk di pundak masyarakat pesisir sebuah pulau kecil.

Dalam logika keadilan lingkungan, listrik dan air bersih bukan hadiah CSR, tetapi hak dasar warga yang wajib dipenuhi oleh pemerintah dan perusahaan. Jika industri mampu menyalakan smelter 24 jam sehari, maka mustahil kampung yang hanya berjarak beberapa kilometer hidup dalam kegelapan. Ini bukan masalah teknis. Ini masalah keberpihakan.

Tulisan ini bukan ajakan menolak industri. Ini adalah teriakan atas ketidakadilan yang terus berlangsung di Kawasi. Kehadiran industri seharusnya meningkatkan kualitas hidup, bukan mengikis hak-hak paling mendasar masyarakat. Pemerintah daerah wajib melakukan audit independen terhadap layanan listrik dan air, membuka data distribusi energi, mengevaluasi izin, dan memastikan perusahaan memenuhi kewajiban sosialnya secara substansial, bukan seremonial.

Pada titik ini, apa yang terjadi di Obi menunjukkan bahwa kemajuan yang membakar kampung di sekelilingnya bukanlah kemajuan, melainkan kemunduran yang dibungkus kilau nikel. Pulau kecil seperti Obi tidak boleh menjadi korban ambisi industri. Warga Kawasi berhak hidup terang, berhak atas air bersih, dan berhak atas martabat di tanah mereka sendiri.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Semua Guru Hebat Mengajar
Dilema Guru Masa Kini “Tegas Disalahkan, Diam Dipertanyakan”
Ketika Pembangunan Menginjak Hak Masyarakat: Refleksi Kasus Sengketa Lahan PT. Harita Nickel di Halmahera Selatan
Perbedaan Etnis Menjadi Sumber Kekuatan Maupun Sumber Konflik dalam Pembangunan
Ilusi Pengetahuan
Desa dalam Bayang-bayang Kegelapan
8 Tahun Dedikasi Prof, Saiful Deni Rektor UMMU
BARAH dan Kebangkitan Moral Rakyat Halmahera Selatan
Berita ini 21 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 25 November 2025 - 12:19 WIT

Jesica Worouw Dilantik & Diberi Gelar Adat, GMKI Fokus Advokasi Banjir

Selasa, 25 November 2025 - 08:21 WIT

Ketua BARAH, Adi Hi. Adam: “Pelabuhan Spid Boat Harga Mati! Jangan Korbankan Ekonomi Warga Kawasi”

Selasa, 25 November 2025 - 00:25 WIT

“Gereja Tanpa Air: Jemaat GPM Kawasi Terpaksa Gali Sumur Baru

Senin, 24 November 2025 - 13:37 WIT

Imam Masjid Hendak Ditembak! Tokoh Muda Obi Dr.Arwan M.Said, Harita Lukai Hati Warga Obi

Minggu, 23 November 2025 - 16:44 WIT

Barisan Muda Tobelo Galela Malut Kecam Aksi Sekurity Harita: “Ini Bukan Investasi, Ini Teror Psikologis kepada Warga Kawasi!”

Minggu, 23 November 2025 - 05:27 WIT

Nasib Warga Obi di Ujung Laras Senjata, Anggota DPRD Halsel, Harita Jangan Seperti Preman!

Sabtu, 22 November 2025 - 16:19 WIT

Pelabuhan Kawasi Masih Minim Fasilitas, Warga Minta Perhatian Serius

Sabtu, 22 November 2025 - 13:30 WIT

Koordinator BKO Harita Teriak ‘Tembak!’ saat Ahli Waris Palang Proyek Bendung di Kawasi

Berita Terbaru

Opini

Semua Guru Hebat Mengajar

Selasa, 25 Nov 2025 - 04:15 WIT