Halmahera Selatan,Nalarsatu.com – Wacana pemekaran Kota Bacan kembali mencuat dalam reses Anggota DPD RI Dapil Maluku Utara di Halmahera Selatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Tokoh-tokoh pejuang pemekaran, akademisi, hingga perwakilan pemuda sepakat bahwa perjuangan ini harus dikawal dengan semangat gotong royong atau “babari,” sebagaimana yang pernah terjadi pada perjuangan pemekaran Halmahera Selatan pada tahun 2001.
Dalam wawancara dengan nalarsatu.com, Pemuda Bacan Maulana Patra Syah, SH, MH, menekankan pentingnya menghidupkan kembali gerakan kolektif seperti “Gerakan Seribu Lipu” yang dulu menjadi simbol kebersamaan masyarakat dalam memperjuangkan pemekaran Halmahera Selatan. Ia menilai, gerakan serupa bisa di repetisi dengan beberapa modifikasi agar relevan dengan kondisi saat ini.
“Kita harus menghidupkan kembali semangat Babari. Dulu, setiap orang rela menyumbang seribu rupiah demi memperjuangkan pemekaran Halsel. Kini, semangat itu harus kita bangun lagi demi mewujudkan Kota Bacan sebagai daerah otonomi baru,” ujar Maulana,” Jumat (4/4/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perjuangan ini mendapat dukungan penuh dari Sultan Ternate, Hidayat M. Syah, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang merupakan bagian dari Komite I yang membidangi pemekaran daerah. Sultan Hidayat berkomitmen untuk memperjuangkan aspirasi rakyat Bacan di tingkat nasional. “Pemekaran Bacan bukan hanya tuntutan administratif, tetapi juga demi pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Dukungan serupa datang dari Hi.Sanusi Iskandar Alam, tokoh masyarakaat dan pejuang pemekaran Kota Bacan pada 2015 lalu. Ia mengapresiasi langkah Sultan Ternate dan menyatakan bahwa perjuangan pemekaran ini harus terus digelorakan dengan berbagai pendekatan strategis. “Pemerintah pusat harus melihat bahwa pemekaran Bacan adalah kebutuhan, bukan sekadar keinginan,” ungkap Hi. Sanusi.
Bacan, dengan sejarah panjang sebagai pusat peradaban di wilayah timur Indonesia, juga menjadi sorotan. Bacan pernah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan pada masa Kesultanan Bacan. “Pemekaran ini bukan hanya demi kepentingan ekonomi, tetapi juga untuk mengembalikan kejayaan Bacan sebagai pusat pembangunan di wilayah timur,” jelas Hi. Sanusi.
Bagi masyarakat Bacan, seperti yang disampaikan Ibnu, seorang nelayan pesisir Bacan, pemekaran diharapkan dapat membawa perubahan signifikan. “Kami berharap fasilitas perikanan lebih baik, pasar lebih berkembang, dan harga hasil tangkapan lebih stabil. Jangan sampai ini hanya jadi janji politik,” harapnya. (WP)