HALSEL, Nalarsatu.com – Aktivis perlindungan anak dan Perempuan sekaligus Ketua Srikandi Sibela, Una Ahmad, mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi perlindungan anak di Halmahera Selatan (Halsel) yang dinilai belum maksimal meski program Kota Layak Anak (KLA) sudah dijalankan oleh pemerintah daerah.
Menurut Una, KLA seharusnya memberikan layanan terpadu berupa pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus melalui advokasi, sosialisasi, dan edukasi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan masih tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak, eksploitasi anak, hingga praktik anak-anak yang mencari dana di jalanan untuk pembangunan tempat ibadah aktivitas yang kerap dilakukan saat jam sekolah dan berpotensi membahayakan keselamatan mereka.
“Realitas di Halsel cukup berbeda dengan tujuan KLA. Kami melihat masih ada anak yang menjadi korban nafsu lelaki paruh baya, dan anak-anak yang dipaksa menggalang dana di jalan raya, yang bukan tugas mereka. Ini harusnya menjadi perhatian serius, bukan hanya sekadar deklarasi, pembentukan gugus tugas, atau pembuatan profil KLA,” kata Una dalam wawancara Via Whatsapp, Senin (30/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Una juga mengkritik Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DP3KB) Halsel agar tidak berjalan sendiri dalam menjalankan program KLA. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, media massa, serta lembaga peduli anak dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
“Persoalan anak di Halsel sangat kompleks. Ada anak korban banjir, kekerasan, eksploitasi, putus sekolah, perceraian, hingga kasus yang melibatkan media sosial seperti TikTok. Bahkan, ada anak yang menjadi pelaku pemerkosaan dan pencurian. Ini semua harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah,” ujar Yunda.
Ia menambahkan, edukasi juga harus menyasar pengurus tempat ibadah yang selama ini memanfaatkan anak-anak untuk mencari dana, agar tidak lagi melibatkan mereka dalam kegiatan yang berisiko tinggi.
“Biasanya, kita baru ramai-ramai angkat suara setelah ada anak yang celaka. Pendekatan preventif harus menjadi prioritas,” pungkasnya.
Ini juga menegaskan bahwa meskipun Halsel sudah mengusung program Kota Layak Anak, banyak anak-anak di daerah ini yang belum mendapat perlindungan optimal sesuai standar yang diharapkan,”tambahnya.