Dilematis Pendidikan di Halmahera Selatan

- Penulis Berita

Selasa, 13 Mei 2025 - 13:05 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Irfandi R. Hi Mustafa (Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara) 

“Pendidikan adalah fondasi peradaban,
power untuk membangun jati diri dan karakter seseorang”

PENINGKATAN kualitas pendidikan upayanya terdapat berbagai dilema yang harus dihadapi. Penulis mengungkapkan dilema ini tidak hanya berkaitan dengan akses dan kualitas pendidikan, tetapi juga dengan budaya, ekonomi dan infrastruktur yang ada di daerah Halmahera Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Secara mendasar yang dilihat yakni salah satunya dilema adalah akses pendidikan, sebelumnya penulis sudah pernah menyinggung dan menulis pendidikan di Halmahera Selatan, dilihat dari aspek tersebut bahwa meskipun pemerintahan telah berupaya membangun sekolah di berbagai daerah, tetapi banyak anak-anak di Halmahera Selatan yang sering dan masih kesulitan untuk mengakses pendidikan formal. Jarak yang jauh, minimnya transportasi dan kondisi geografis pastinya yang menjadi sulit dan penghalang bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut dapat menciptakan kesenjangan pendidikan yang semakin lebar antara perkotaan dan pedesaan.

Di sisi lain, kualitas pendidikan juga menjadi masalah serius yang tidak kalah penting. Realitasnya banyak sekali sekolah yang ada di Halmahera Selatan yang kekurangan tanaga pengajar yang berkualitas atau tidak berkompeten. hal ini sebagai suatu pelajaran yang harus disikapi pemerintahan sehingga lebih diperhatikan pendidikan di daerah Saruma. Guru-guru yang ada tidak memiliki pelatihan yang memadai sehingga berdampak proses belajar mengajar “Pendidikan yang berkualitas tergantung tenaga pengajarnya. ”

Kurikulum yang diterapkan sering kali tidak relevan dengan kebutuhan lokal, sehingga siswa tidak mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi dunia kerja.

Budaya juga memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan di Halmahera Selatan. Dikenal dengan masyarakat yang kental dengan tradisi dan nilai-nilai lokal yang sering mengalami dan menganggap pendidikan formal sebagai hal yang kurang penting, pola pikir masyarakat di Halmahera Selatan sekarang ini sedikit diluar nalar “Cepat lulus sekolah, tidak usah kuliah kerja di perusahaan supaya dapat duit, sekolah (kuliah) hanya buang duit saja. ” Naasnya lagi rendahnya minat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih sensitif terhadap budaya lokal dalam upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.

Faktor penentu dalam dilema pendidikan salah satunya ekonomi. Banyak keluarga di Halmahera Selatan yang hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit sehingga anak-anak terpaksa membantu orang tua mereka bekerja sehingga mereka lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Program-program bantuan pendidikan dari pemerintah dan lembaga swasta perlu meningkatkan untuk meringankan beban keluarga dan mendorong anak-anak untuk tetap sekolah. Selain itu, tidak ada pengembangan inovasi dan teknologi di Halmahera Selatan, padahal pemanfaatan teknologi dalam pendidikan menjadi penting. Namun, di Halmahera Selatan dilihat dari akses terhadap teknologi dan internet masih sangat terbatas apalgi di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. Sehingga menghambat siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang lebih luas, serta mengembangkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Menghadapi dilema tersebut, pemerintah Halmahera Selatan seharusnya lebih proaktif dalam membangun infrastruktur pendidikan memadai, meningkatkan kualitas guru dan merancang kurikulum yang relevan. Disamping itu juga masyarakat juga perlu didorong untuk menyadari pentingnya pendidikan dan berperan aktif dalam mendukung anak-anak mereka untuk belajar. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Opini : Bupati Halsel dan Krisis Kepatuhan Hukum dalam Pemerintahan Daerah
Polisi Diganjar Penghargaan Setelah Menindas Rakyat: Cermin Gelap Demokrasi di Era Prabowo
Hari Lahir Republik Indonesia Ke-80: Pulau Limbo Masih Menanti Air Bersih, Janji yang Belum Tuntas
Bayangan Gelap Pendidikan: Membaca Maluku Utara Dari kacamata Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal
Pendidikan Formal yang Gagal Membangun Kesadaran Anak Muda Maluku Utara
Organisasi : Laboratorium Ilmu Pengetahuan untuk Mahasiswa
“Balas Pantun” DOB Sofifi
Ngute – ngute Bukan Desa Dongeng
Berita ini 69 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 10 Oktober 2025 - 11:57 WIT

BARAH Siap Laporkan Kadis DPMD dan 249 Kepala Desa Halsel ke Kejari

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:55 WIT

Praktisi Hukum Bambang Joisangadji Sindir DPRD Halsel: “Kalau Tidak Paham Hukum, Bagaimana Mau Awasi Pemerintah?”

Kamis, 9 Oktober 2025 - 14:54 WIT

Bupati Halsel Undang Anggota DPRD Makan Malam di Kediaman: BARAH, M.Ikbal Kadoya Tegas Bertanya Ada Apa?

Kamis, 9 Oktober 2025 - 12:46 WIT

Kejati Dalami Dugaan Korupsi Dana Hibah Rp4,3 Miliar di STP Labuha, Rektor Unsan Diperiksa

Rabu, 8 Oktober 2025 - 02:40 WIT

BARAH Soroti Kunker Kapolda: Kasus Hukum Mandek dan Limbah Tambang Jadi Ancaman Serius di Halsel

Selasa, 7 Oktober 2025 - 12:31 WIT

Laksanakan IPKD MCSP KPK, RSUD Labuha gelar FKP di Kecamatan Bacan Selatan

Selasa, 7 Oktober 2025 - 11:08 WIT

BARAH Desak Komisi I DPRD Halsel Hentikan Perlindungan Politik untuk Kades Bermasalah

Selasa, 7 Oktober 2025 - 07:51 WIT

Pelantikan 4 Kades, Ketua Fraksi PKB Safri Talib: Ini Masalah Kecil, Tak Perlu Dibesar-besarkan

Berita Terbaru