Bacan, Nalarsatu.com – Presiden Wartawan dan Komunitas Penulis (Warkop), Amrul Doturu, menegaskan bahwa media massa memiliki peran strategis sebagai penghubung utama antara informasi dan publik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa media bisa menjadi pedang bermata dua sumber pencerahan atau justru penyebar disinformasi.
Dalam pemaparan sosialisasi bertajuk “Peran Media Massa di Era Digital”, Sabtu (17/5), Amrul mengajak peserta untuk merefleksikan ketergantungan masyarakat terhadap teknologi informasi.
“Coba bayangkan jika kita tidak memiliki HP. Bagaimana kita bisa mengakses informasi penting atau kabar terkini dari luar? Teknologi telah menjadikan media sebagai sumber utama informasi,” ujar Amrul dalam diskusi yang berlangsung terbuka di Bacan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, ia menekankan bahwa tidak semua informasi yang beredar layak dipercaya. Contoh paling nyata adalah berita palsu (hoaks) yang kerap beredar luas tanpa verifikasi.
“Misalnya, ada kabar ujian di SMA Negeri 1 Hlsel dilakukan pada 12 April, padahal faktanya tidak demikian. Jika tidak ada klarifikasi, ini bisa menimbulkan kepanikan dan kesalahan publik dalam mengambil keputusan,” jelasnya.
Amrul juga menekankan pentingnya integritas dalam kerja jurnalistik. Ia mengingatkan bahwa wartawan harus hadir di lapangan dan memastikan informasi langsung dari sumber.
“Jangan hanya menulis dari kejauhan tanpa data. Wartawan harus datang ke lokasi, mewawancarai narasumber secara langsung. Kalau tidak, bisa timbul misinformasi yang merugikan banyak pihak,” tegasnya.
Sekretaris Jenderal Warkop, Anto Gani, yang juga merupakan wartawan senior TribunTernate, turut memberikan pemaparan. Ia menyoroti pentingnya literasi informasi di masyarakat sebagai filter utama dalam menghadapi banjir berita, baik yang benar maupun menyesatkan.
“Peran media memang vital, tetapi literasi publik jauh lebih penting. Tanpa kemampuan berpikir kritis dan memilah informasi, masyarakat akan mudah terombang-ambing oleh isu yang tidak jelas sumbernya,” ujar Anto pada Sabtu (17/5).
Ia juga membahas soal independensi media dan tanggung jawab moral wartawan dalam menjaga kredibilitas informasi yang disampaikan.
“Media yang sehat harus independen, tidak berpihak, dan tidak tunduk pada tekanan pihak manapun. Media adalah alat kontrol sosial dan harus menjaga integritasnya sebagai penyampai fakta,” tambahnya.

Anto juga mencontohkan salah satu siswa yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk menggambarkan bagaimana pemberitaan yang tidak akurat dapat berdampak serius terhadap kondisi psikologis seseorang maupun reputasinya di mata publik. Ia menekankan bahwa setiap narasi yang dibangun media harus berbasis fakta dan melalui proses verifikasi yang ketat.
“Misalnya, jika sebuah berita menyebut seseorang bernama Daniel mencuri handphone tanpa kejelasan sumber dan bukti, publik bisa langsung menghakimi. Ini sangat merugikan dan dapat meninggalkan luka psikologis yang mendalam,” jelasnya.
Dalam penutupan diskusi atau sosialisasi, moderator Aziz menyimpulkan bahwa Amrul dan Anto sepakat: di era digital ini, media massa tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen pendidikan publik. Tanpa literasi informasi yang memadai, masyarakat rentan menjadi korban misinformasi dan hoaks. Karena itu, keduanya menekankan pentingnya sinergi antara jurnalis, penulis, dan masyarakat dalam membangun ekosistem informasi yang sehat, kredibel, dan bertanggung jawab.