Peran Saksi Ahli Linguistic Forensicdi Maluku Utara

Oleh : Alkadri Ajwan, S.Pd.,M.Hum –Dosen PBSI Unkhair, Pendiri Komunitas Mahasiswa Magister Maluku Utara di D.I.Yogyakarta dan Pendiri IKA-UNY Malut

DI era digital yang ditandai oleh maraknya penyebaran informasi melalui media sosial dan platform daring, peran saksi ahli linguistik forensik menjadi semakin vital, termasuk di wilayah seperti Maluku Utara. Sebagai provinsi kepulauan yang memiliki keragaman bahasa dan budaya, tantangan hukum di Maluku Utara tidak hanya berkisar pada tindakan kriminal konvensional, tetapi juga pada kejahatan berbasis bahasa, seperti ujaran kebencian, pencemaran nama baik, fitnah, dan penyebaran hoaks.

Saksi ahli linguistik forensik memiliki peran penting dalam membongkar kasus-kasus tersebut. Mereka menganalisis penggunaan bahasa, gaya ujaran, struktur kalimat, hingga identifikasi penulis anonim untuk membantu penegak hukum memahami konteks sebenarnya dari sebuah ujaran atau teks yang dipermasalahkan. Ini sangat krusial di Maluku Utara, di mana bahasa lokal, logat, dan idiom khas kerap digunakan, dan bisa disalahartikan bila tidak dianalisis oleh ahli yang memahami konteks linguistik daerah tersebut.

Lebih dari itu, saksi ahli linguistik forensik dapat membantu mengungkap motif, intensi, dan target dari ujaran atau pernyataan yang dipermasalahkan secara hukum. Misalnya, dalam kasus konflik sosial atau sengketa politik lokal, peran mereka bisa menentukan apakah suatu pernyataan bersifat provokatif atau hanya bentuk ekspresi budaya yang tidak bermaksud menyinggung.

Namun, tantangan besar masih dihadapi. Ketersediaan saksi ahli linguistik forensik di Maluku Utara masih sangat terbatas. Tidak banyak akademisi atau profesional yang memiliki keahlian linguistik forensik sekaligus memahami konteks sosiolinguistik wilayah ini. Diperlukan kolaborasi antara universitas, aparat penegak hukum, dan lembaga bahasa untuk melatih dan menyediakan tenaga ahli yang kompeten dan kontekstual.

Dengan meningkatnya kasus-kasus hukum yang melibatkan analisis bahasa, terutama di ruang digital, sudah saatnya peran saksi ahli linguistik forensik lebih diakui dan diperkuat di Maluku Utara. Mereka bukan hanya alat bantu hukum, tetapi juga penjaga keadilan yang mampu menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab hukum.

Sebuah penelitian oleh Mujahid Taha pada tahun 2022 mengungkapkan adanya ujaran kebencian berbahasa Melayu Ternate yang ditemukan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kepolisian Daerah Maluku Utara di media sosial seperti Facebook dan WhatsApp. Penelitian ini menganalisis 12 BAB dari tahun 2019 hingga 2021, dengan 7 di antaranya dijadikan sampel. Ditemukan 36 tuturan yang mengandung unsur kebencian, yang terbagi dalam bentuk tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Jenis ujaran kebencian yang paling banyak ditemukan adalah pencemaran nama baik (13 tuturan) dan penghinaan (6 tuturan). Analisis ini menggunakan teori pragmatik untuk menentukan bentuk, fungsi, dan daya ujar dari tuturan tersebut. Selain kasus ujaran kebencian yang mengunakan Bahasa Melayu Ternate ada juga Bahasa Makayoa, dan Togale kerap kali menjadi perbincangan dalam sebuah perkara di pengadilan karena unsur Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Lokal. Sehingga perlu analisis yang matang oleh seorang saksi ahli Bahasa dalam mengedepankan interpretasi ilmunya secara baik.

Peran Saksi Ahli Linguistik Forensik di Pengadilan.

Peran Saksi Ahli Linguistik Forensik dalam konteks hukum sangat penting karena mereka memberikan analisis ilmiah terhadap bahasa yang digunakan dalam berbagai bentuk bukti. Menganalisis Bahasa dalam Bukti Tertulis atau Lisan.

Ahli linguistik forensik menganalisis dokumen seperti:

• Surat ancaman
• Pesan teks atau email
• Transkrip rekaman pembicaraan
• Konten media sosial
• Pernyataan tertulis atau lisan dalam BAP

Mereka mengidentifikasi gaya bahasa, struktur kalimat, pilihan kata, atau pola tertentu untuk menilai keaslian, niat, atau identitas penulis/pembicara.

Identifikasi Penulis atau Pembicara

Ahli dapat membantu menentukan apakah seseorang mungkin merupakan penulis atau pembicara dari suatu pesan berdasarkan ciri khas bahasa yang digunakan, seperti:

• Tata bahasa yang khas
• Kosakata yang digunakan
• Ejaan atau kesalahan yang konsisten

Menilai Keabsahan atau Manipulasi Bukti Bahasa

Dalam beberapa kasus, ahli linguistik forensik menilai apakah suatu dokumen:

• Telah diedit atau dipalsukan
• Mengandung ambiguitas makna
• Ditulis di bawah tekanan atau pengaruh tertentu

Interpretasi Makna dan Konteks Bahasa

Ahli ini juga membantu pengadilan memahami arti kata atau frasa yang dipakai dalam konteks hukum, terutama jika:

• Bahasa tersebut ambigu atau teknis
• Terdapat istilah slang, bahasa daerah, atau makna kultural

Membantu dalam Interogasi atau Penerjemahan

Dalam kasus di mana bahasa bukan merupakan bahasa ibu tersangka atau saksi, ahli bisa:

• Menilai kualitas terjemahan
• Menjelaskan kesalahpahaman linguistik yang bisa memengaruhi proses hukum

Memberi Keterangan Ahli di Pengadilan

Ahli linguistik forensik memberikan kesaksian ahli di persidangan untuk menjelaskan temuannya kepada hakim dan jaksa, serta membantu menjawab pertanyaan dari penasihat hukum kedua belah pihak.

Contoh Kasus :
• Mengidentifikasi pengirim surat ancaman anonim
• Membedakan apakah pernyataan dalam BAP benar-benar dibuat oleh tersangka
• Menjelaskan apakah suatu ucapan dalam rekaman memenuhi unsur ujaran kebencian atau pencemaran nama baik

Dalam kasus tersebut, saksi ahli linguistik forensik memiliki peran penting dalam menganalisis tuturan yang dipermasalahkan. Mereka dapat membantu dalam:

• Menentukan Makna dan Konteks: Menganalisis apakah tuturan tersebut mengandung unsur kebencian, penghinaan, atau pencemaran nama baik berdasarkan konteks sosial dan budaya setempat.

• Mengidentifikasi Motif dan Tujuan: Menilai apakah tuturan tersebut memiliki tujuan untuk merendahkan, menyinggung, atau menyebarkan kebencian terhadap individu atau kelompok tertentu.

• Memberikan Bukti Ilmiah: Menyediakan bukti ilmiah yang dapat digunakan dalam proses hukum untuk mendukung atau membantah tuduhan yang diajukan.

• Dengan demikian, saksi ahli linguistik forensik berperan sebagai jembatan antara bahasa dan hukum, memastikan bahwa analisis terhadap tuturan tidak hanya berdasarkan persepsi subjektif, tetapi juga berdasarkan pendekatan ilmiah yang objektif. KOMPAS.com+2Repository Unhas+2Academia+2. (*)