Oleh: Samsir Difa –Sekretaris Jendral Himpunan Pelajar Mahasiswa Maba Tengah
KABUPATEN Halmahera Timur adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Maluku Utara, Indonesia. Pusat pemerintahan atau ibu kota kabupaten Halmahera Timur berada di kecamatan kota Maba. Penduduk Halmahera Timur pada pertengahan tahun 2024 berjumlah 99.224 jiwa.
Kabupaten Halmahera Timur berdiri sejak tahun 2003 berdasarkan undang-undang RI, nomor 1 tahun 2003, di mana kabupaten Halmahera Tengah dimekarkan menjadi tiga kabupaten/kota, yaitu kabupaten Halmahera Tengah sebagai kabupaten induk kemudian kabupaten Halmahera Timur dan kota Tidore Kepulauan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Halmahera Timur terdiri atas 10 kecamatan dan 102 desa dengan luas wilayah 6.571,37 km.
Kabupaten ini memiliki potensi nikel yang luar biasa, makanya judul di atas sudah mendiskripsikan bahwasanya Hal-Tim saat ini menjadi titik fokus terseksi bagi petinggi negara Indonesia agar bisa meloloskan segala bentuk investasi dan menggarap habis hasil-hasil sumber daya alam yang berada di sana. Terbukti saat ini Hal-Tim telah dihuni beberapa investasi tambang yang cukup besar, salah satunya adalah PT. STS, PT. Position.
Ada juga investasi tambang yang menjadi salah satu perusahaan, yang beroperasi sudah cukup lama di Halmahera Timur adalah PT. Aneka Tambang (Antam) yang sedang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau Smelter ferronikel di sana.
Dan juga ada rencana pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Halmahera Timur, Maluku Utara. Ini dinilai oleh beberapa aktivis lingkungan sebagai ancaman bagi mahluk hidup di hutan tersebut. Bukan hanya itu suku yang diketahui sebagai suku penghuni hutan di kawasan Halmahera Timur yaitu suku Togutil juga terkena dampaknya. Sebab ketika dampak dari pabrik baterai ini membuat suku Togutil atau biasa disebut O Hongana Manyawa ini terisolasi dan sudah tak memiliki tempat tinggal.
Sudah terlalu jelas bahwa dampak dari satu investasi pertambangan membuat negara menjadi maju, tapi tidak dengan rakyatnya. Banyak bukti konkrit yang dapat membuktikan hal ini, salah satu daerah di Halmahera Tengah terkena satu dampak dari segi airnya, menurut data bahwa ada beberapa masyarakat yang terindikasi bahwa dalam tubuhnya terdapat logam karena mengkonsumsi air. Ada juga beberapa jumlah kasus berbagai penyakit yang berada di Morowali dalam beberapa tahun terakhir, termasuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit mata, penyakit kulit, bahkan HIV/AIDS.
Deforestasi tercatat tinggi dan pencemaran air pun disebut membuat kulit warga rutin terkena iritasi. Petinggi Indonesia saat ini tidak lagi mendahulukan moral demi kepentingan-kepentingannya, tak perlu dijelaskan bahwa pemimpin Indonesia mengalami degradasi pengetahuan maupun moril itu sendiri.
Apakah dengan hadirnya investasi tambang dapat menyejahterakan masyarakat? Sejauh informasi yang saya ikuti, tidak ada sama sekali. Mungkin hanya segelintir orang yang dapat menikmati itu, tapi tidak secara merata ke seluruh masyarakat. Bagi saya ada beberapa solusi agar pengembangan perekonomian dapat meningkat, tanpa harus diadakan persoalan investasi pertambbangan, yaitu dengan salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan berkualitasnya pendidikan, akan dengan sendirinya ekonomi kreatif untuk mengelola hasil alam dan membuatnya menjadi satu produk yang dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah ataupun negara ini bisa dilakukan. Indonesia saat ini memiliki orientasi yang terlalu banyak omon-omon, katanya 19 juta lapangan kerja akan dibuka, nah 19 juta lapangan kerja itulah investasi tambang merajalela kesana kemari.
Masyarakat saat ini masih memiliki kecenderungan bahwa dengan hadirnya tambang, generasi muda dapat mendapati suatu pekerjaan yang memiliki gaji setidaknya mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, walaupun tidak secara keseluruhan. Padahal 10 tahun, 20 tahun, bahkan 100 tahun ke-depan generasi akan mengalami berbagai kesenjangan dalam kehidupan.
Maluku Utara saat ini menjadi titik terseksi di Indonesia, bahkan bisa saya katakan dunia. Sebab sumber daya alam yang dimilikinya saat ini tidak bisa dipungkiri, bahwasanya kekayaannya sangat melimpah. Percuma jika investasi merajalela di Indonesia, bilamana belum ada pemerataan kesejahteraan dalam segala sektor dalam masyarakat. Sayang beribu sayang, pemerintah Indonesia terlalu mengindah-indahkan investasi dengan alasan peningkatan pendapatan negara. (*)