Oleh : Sefnat Tagaku, S.Th -Sekretaris DPC GAMKI Halsel
DULU, warga lokal (Khusus : Halmahera Selatan) begitu jarang berminat menekuni pelajaran sastra bahasa asing seperti bahasa Inggris. Namun sekarang seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, kesadaran orang semakin terbuka bahwa bahasa asing telah menjadi sebuah kebutuhan persaingan hidup di era modern, sehingga ada semacam perlombaan dalam menggeluti bahasa Inggris. Alhasil, potensi Sumber Daya Manusia yang menguasai bahasa Inggris semakin banyak dan tentu berdampak baik bagi kehidupan di era ini.
Kondisi itu akan sama dengan hari ini. Bahkan tidak sekadar bahasa Inggris, tapi juga bahasa Mandarin, Karena jika disimak dengan teliti, bahasa Mandarin justru jauh lebih penting dari Inggris, sebab hampir seluruh dunia kerja pada perusahaan-perusahan besar prodaknya berasal dari China. Atas pemikiran yang melihat pada fakta itulah, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPC GAMKI) Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, merumuskan program terbaru yang belum banyak diadakan di daerah ini, yakni; Les Bahasa Mandarin. Mengapa bahasa Mandarin?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada tahun 2024, tercatat ada 11,2 juta orang China yang mendiami Indonesia (SindoNews, 2024). Data ini sekaligus menunjukkan jumlah terbanyak Tenaga Kerja Asing (TKA) yang berada di Indonesia. Di Halmahera Selatan, pada tahun 2023, jumlah TKA yang bekerja di PT. Harita Group dan PT. Wanatiara Persada berkisar; 3.457 orang. Dari jumlah itu, warga asal China berada di angka 2.133 orang (Tribun Ternate, 2023). Artinya, ada 60% warga China yang tersebar di dua perusahan raksasa yang berada di Pulau Obi, dari jumlah TKA yang ada di Halmahera Selatan.
Data ini memperlihatkan dengan jelas, bahwa warga China begitu menguasai kecanggihan teknologi yang digunakan oleh para investor-investor asing di Indonesia secara umum, dan khususnya di Halmahera Selatan. Pada kondisi itu, kita membutuhkan kompetensi diri yang mesti menguasai bahasa Mandarin untuk tidak menjerumuskan kita pada paradigma “menjadi penonton di negeri sendiri” (sebuah kalimat yang memperdebatkan posisi strategis pada kebutuhan perusahaan-perusahaan di Halmahera Selatan).
Selain dari memotivasi orang pada kehidupan dunia kerja untuk menekan angka pengangguran di daerah berslogan Bumi Saruma ini, program les bahasa Mandarin juga mengajak orang untuk melihat sekilas dunia luar. Sebab dengan menguasai bahasa asing seperti bahasa Mandarin, kita seolah-olah sedang mengelilingi dunia tanpa batasan (Sambutan Sultan Bacan ke-22, Dede Muhammad Irsyad Maulana Sjah, pada acara Launching Program Bahasa Mandarin yang diadakan oleh DPC GAMKI Halmahera Selatan). Artinya, jika kita dapat menguasai bahasa asing, dunia serasa berada dalam genggaman.
Dengan demikian, program bahasa Mandarin yang diluncurkan oleh DPC GAMKI Halsel menjadi sebuah upaya melihat masa depan gemilang. Mendorong generasi-generasi muda untuk dapat menggenggam dunia dengan mudah. Pun sebagai komitmen meletakkan kesiapan diri menjemput Indonesia emas tahun 2045. Karena sesungguhnya, generasi muda tidak cukup hanya dengan memposisikan diri sebagai pengontrol perubahan, namun juga harus menjadi pelaku perubahan. Sebagaimana penggalan kata bijak, “kalau bukan hari ini, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi?”.
Meski program ini (mungkin) dipandang sesuatu yang biasa dan kecil, namun saya meyakini; sesuatu yang dijalankan dengan niat tulus, meski pun kecil akan memberi dampak positif yang besar. Akhirnya, catatan ini sekaligus menjadi ajakan bagi siapapun yang merasa terpanggil untuk mengembangkan potensi diri dibidang bahasa Mandarin. Mari, kita sama-sama mengelilingi dunia bersama dengan program bahasa Mandarin yang diluncurkan oleh DPC GAMKI HALSEL. Cinta Tuhan, Cinta Nusa Bangsa, Ora Et Labora! (*)