Komunikasi Publik: Bukan Sekadar Bicara, Tapi Membangun Makna

- Penulis Berita

Sabtu, 12 Juli 2025 - 20:55 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Rijai lamburuMahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UMMU

DI era informasi yang mengalir deras seperti sekarang ini, komunikasi publik menjadi semakin krusial. Namun, seringkali kita terjebak dalam pemahaman bahwa komunikasi publik hanyalah soal menyampaikan informasi, berbicara di depan umum, atau menyebarkan pesan. Padahal, esensi sebenarnya jauh lebih dalam dari sekedar itu. Komunikasi publik sejatinya bukanlah sekadar aktivitas verbal, melainkan sebuah seni dan ilmu untuk membangun makna.

Bukan rahasia lagi bahwa di tengah zaman yang banjir informasi, kredibilitas dan kepercayaan menjadi barang langka. Berbagai pihak, mulai dari pemerintah, korporasi, hingga individu, berlomba-lomba menyuarakan pandangan mereka. Namun, apakah semua suara itu berhasil menciptakan pemahaman, apalagi tindakan? Seringkali tidak. Pesan yang tidak memiliki makna yang mendalam atau tidak selaras dengan nilai-nilai audiens akan mudah tenggelam dan dilupakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketika kita bicara tentang “membangun makna”, kita berbicara tentang lebih dari sekadar data atau fakta. Ini tentang bagaimana kita mengemas informasi sehingga relevan, mudah dicerna, dan yang terpenting, mampu menyentuh sisi kognitif dan emosional audiens. Ini berarti memahami siapa audiens kita, apa yang mereka pedulikan, dan bagaimana cara terbaik untuk menjembatani pesan kita dengan pemahaman mereka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan dengan adagium terkenalnya, “The medium is the message.” Meskipun sering disalahpahami, intinya adalah bahwa medium atau cara kita menyampaikan pesan ikut membentuk dan memengaruhi makna pesan itu sendiri. Bukan hanya apa yang kita katakan, tetapi bagaimana kita mengatakannya, melalui saluran apa, dan dalam konteks apa, semuanya berkontribusi pada makna yang diterima.

Seorang komunikator publik yang efektif tidak hanya piawai dalam beretorika. Ia adalah seorang pendengar yang baik, seorang empati yang mampu menempatkan diri pada posisi audiens, dan seorang strategis yang tahu bagaimana memilih saluran dan gaya komunikasi yang tepat. Mereka tahu bahwa sebuah kebijakan pemerintah yang rumit harus dijelaskan dengan bahasa yang sederhana agar dapat dipahami masyarakat awam. Mereka mengerti bahwa sebuah produk baru harus dipresentasikan bukan hanya fitur-fiturnya, melainkan manfaat dan nilai yang akan dirasakan konsumen.

Membangun makna juga berarti menciptakan narasi yang koheren dan konsisten. Pesan yang disampaikan harus selaras dari waktu ke waktu dan melalui berbagai platform. Inkonsistensi adalah musuh utama dalam membangun kepercayaan dan makna. Ketika publik melihat adanya celah atau perubahan narasi tanpa penjelasan yang memadai, makna yang ingin dibangun akan runtuh, digantikan oleh keraguan dan skeptisisme. Ini sejalan dengan konsep Agenda-Setting Theory yang diperkenalkan oleh Maxwell McCombs. Teori ini menyatakan bahwa media dan dalam konteks yang lebih luas, komunikator publik tidak hanya memberi tahu kita “apa yang harus dipikirkan”, tetapi juga “bagaimana harus memikirkan”. Dengan menonjolkan atau membingkai isu tertentu secara konsisten, komunikator dapat memengaruhi isu apa yang dianggap penting oleh publik, dan bagaimana isu tersebut dipahami. Ini adalah bagian integral dari proses pembangunan makna.

Lebih jauh lagi, komunikasi publik yang membangun makna adalah komunikasi yang transparan dan akuntabel. Di sinilah letak perbedaan antara sekadar berbicara dan benar-benar berkomunikasi. Bicara bisa jadi satu arah dan tertutup, namun membangun makna menuntut dialog, keterbukaan, dan kesediaan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dikatakan. Ketika terjadi krisis, misalnya, komunikasi yang terbuka, jujur, dan mengakui kesalahan, jauh lebih efektif dalam membangun kembali kepercayaan daripada upaya untuk menutupi atau memanipulasi informasi.

Pada akhirnya, komunikasi publik bukan hanya tentang apa yang kita katakan, tetapi tentang dampak apa yang ingin kita ciptakan. Apakah pesan kita berhasil menggerakkan orang untuk bertindak? Apakah berhasil mengubah persepsi? Ataukah hanya sekadar lewat begitu saja tanpa meninggalkan jejak? Jika komunikasi publik hanya dipandang sebagai aksi bicara, maka kita akan kehilangan kesempatan besar untuk menginspirasi, mendidik, dan membangun konsensus.

Mari kita ubah paradigma. Komunikasi publik bukanlah panggung untuk memamerkan kefasihan berbicara semata. Ia adalah arena di mana makna dibentuk, pemahaman dibangun, dan jembatan antara ide dan realitas diciptakan. Hanya dengan demikian, komunikasi publik akan menjadi alat yang ampuh untuk kemajuan dan kebaikan bersama. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Maluku Utara Tambang Kaya, Rakyat Merana
Sejarah Kepemimpinan Perempuan Pertama Di Maluku Utara Dalam Bingkai Kesetaraan Gender
Ketika Budaya Membatasi Perempuan, Pendidikan Jadi Jalan Pembebasan
Artificial Intellegence dan Wajah Baru Dunia yang Mengubah Tatanan Global
Manusia Digital: Dekat Secara Sinyal, Jauh Secara Sosial
Minimnya Arah Pendidikan di Pulau Gebe
Kontroversi Pernyataan Fadli Zon Soal Kasus Pemerkosaan 1998
Absensi Negara dan Dominasi Oligarki sebagai Reinkarnasi Politik Dinasti
Berita ini 26 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 12 Juli 2025 - 21:05 WIT

30 Orang Korban Arisan Bodong Desak Kapolres Ternate Tangkap Owner

Sabtu, 12 Juli 2025 - 20:32 WIT

366 Juta Anggaran Desa Tahun 2023 Belum Terealisasi, Kades Diduga Sunat Dana, Inspektorat Tutup Mata

Sabtu, 12 Juli 2025 - 19:41 WIT

Kapolsek Obi: Mediasi Dan Kaburnya Pelaku Rudapaksa Anak, Bukan Ulah Anggota

Sabtu, 12 Juli 2025 - 17:57 WIT

ABK KM Aksar Saputra 07 Ditikam di Dermaga Obi, Polisi Bekuk Pelaku

Sabtu, 12 Juli 2025 - 11:49 WIT

6 Pelaku Rudapaksa Anak Lari, Polisi Diduga Lindungi

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:58 WIT

Anggota DPRD Halsel, MS. Nijar SH: Minta Polda Malut Supervisi Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Pulau Obi

Sabtu, 12 Juli 2025 - 07:04 WIT

Tiga Anggota Polsek Obi Diperiksa Propam Terkait Dugaan Mediasi Kasus Rudapaksa

Jumat, 11 Juli 2025 - 13:29 WIT

Polisi Harus Paham, Kasus Pemerkosaan dan Pencabulan Siswa di Obi adalah Delik Biasa Bukan Jalur damai

Berita Terbaru